Pages - Menu

Minggu, 20 Maret 2022

Pertemuan UFO di Valensole Prancis 1965

(Sketsa Gambar Yang di Buat Maurise Masse)

 

Kejadian ini terjadi pada 1 Juli 1965, ketika seorang pria bernama Maurice Masse, dari pemilik sebuah peternakan di Provence selatan yang ada di Prancis, melihat sesuatu yang aneh di ladang lavender miliknya.


(Maurice Masse)

Masse sedang berjalan perlahan menuju gudang ketika dia mendengar suara aneh datang dari arah lapangan. "Sialan, sebanyak yang kamu bisa!" (Maurice Masse menggerutu). Dia berasumsi bahwa helikopter militer mendarat di ladang lavendernya lagi di musim panas, pilot sering merusak semak-semak saat melakukan tugas pelatihan. Ia akan bertekad dengan tegas dengan mereka, Maurice Masse pergi ke ladang. Apa yang ia saksikan di matanya, dia tidak akan pernah melupa hal ini lagi. Alih-alih helikopter, yang mendarat di ladangnya Masse melihat benda aneh berbentuk telur seukuran mobil besar.


(Sketsa Gambar Yang di Buat Maurise Masse)

 

Benda itu berdiri di atas enam kaki yang bertumpu yang berjarak 60 meter dari Masse. Di sebelah kapal pesawat, Masse kemudian memperhatikan dua anak. Setidaknya, itulah yang dia pikirkan setelah melihat keduanya, pada awalnya karena tingginya sekitar 1,2 meter. Saat mendekati kapal peswat, Masse menyadari bahwa sosok-sosok tersebut bukanlah anak-anak, mereka bahkan bukan manusia. Makhluk itu memiliki ciri-ciri kepala botak dan besar berwarna pucat, dagu tajam, dan mata memanjang ke pelipis. Mereka mengenakan jumpsuits (semacam pakaian wanita) biru-hijau yang tebal, sumber lain mengatakan mengenakan pakaian ketat abu-abu-hijau.

(Ilustrasi Kedua Makhluk Setelah Turun Dari Pesawat)

Melihat pria itu, salah satu makhluk tersebut tersentak, dan berbalik ke arah kapal. Satu meter jauhnya, salah satu makhluk ini mengulurkan tangan panjang kurusnya dengan menggenggam tabung aneh di tanganya. Sambil mengarahkan ke arah Masse, makhluk itu perlahan mundur, dan menembakan benda yang ada ditanganya ke arah Masse. Masse merasakan seolah-olah gumpalan cahaya meledak di depan matanya, dan dia seketika lumpuh. Kedua makhluk itu menatap Masse yang sudah tidak berdaya selama sekitar satu menit,  mereka berkomunikasi satu sama lain dengan suara tinggi dan serak.

(Ilustrasi Ketika Maurice Masse Ditembak)

Maurice Masse menceritakan bahwa dia hampir tidak merasakan apa-apa selain mati rasa. Dia menyaksikan makhluk-makhluk itu menghilang melalui pintu kapal yang terbuka, lalu muncul kembali di "kokpit" yang tembus pandang. Menurut Masse "di dalam, mereka tampaknya berdiri di belakang panel kontrol." Setelah beberapa saat, pesawat itu bergemuruh satu meter dan perlahan-lahan melayang ke arah bukit, lalu melaju dengan cepat dan menghilang ke langit Provencal. Masse pada saat itu tetap lumpuh selama sekitar 15-20 menit setelah ditinggalkan kedua makhluk itu. Hal pertama yang dia lakukan ketika dia bisa bergerak dia secara hati-hati memeriksa jejak yang ditinggalkan oleh pendaratan UFO.

(Ladang Lavender Milik, Maurice Masse)

Terlihat jelas lekukan dari kaki kapal dan tapak besar, gelap, melingkar. Setelah memastikan integritas cetakan, Masse bergegas pergi ke kota untuk menemui temannya, pemilik kafe, dan menceritakan apa yang terjadi padanya. Kisah itu segera diketahui oleh wartawan dan pejabat pemerintah, yang nantinya akan sering mengunjungi pertanian. Area pendaratan lebih basah dan kemudian segera mengeras seperti beton. Analisis vegetasi dari tempat ini menunjukkan peningkatan kandungan kalsium. Lavender yang tumbuh di dekatnya tiba-tiba mulai mati setelah dari insiden itu.

Maurice Masse mulai mengalami mimpi buruk, ia sering tidur selama 12 jam dan merasa sangat mengantuk. Selain itu, ia mengeluh kurangnya semangat menjalankan dalam hidup. Namun hal yang paling menarik yang diceritakan oleh istrinya dalam percakapan dengan peneliti UFO Prancis. Ternyata suaminya mengaku kepadanya bahwa makhluk itu memberinya beberapa informasi penting ketika dia berdiri di depan mereka, ketika dia tidak bisa bergerak. Apa informasi ini, Masse bersumpah untuk tidak memberitahu siapa pun. Dan begitulah yang terjadi hingga pada 14 Mei 2004, Maurice Masse meninggalkan dunia, dengan membawa sebuah pesan yang ia rahasiakan.

 

Sumber :

https://shigasnigrani.com/ufo-alien/the-1965-valensole-ufo-encounter

https://science.howstuffworks.com/space/aliens-ufos/valensole-ufo.htm




 


Senin, 14 Maret 2022

Jean Hilliard Sempat Dianggap Mati Karena Tubuhnya Membeku


Pada tanggal 20 Desember 1980, Malam itu cuaca di Minnesota, (Amerika Serikat) sangatlah dingin dan bersalju. Jean Hilliard sedang dalam perjalanan pulang setelah keluar malam bersama beberapa temannya. Mobil yang ia kendarai tergelincir di jalan yang tertutup salju, dia kehilangan kendali hingga mobilnya masuk ke dalam parit, untungnya dia tidak terluka dalam kecelakaan ini. Jean kemudian keluar dari mobilnya, dan mulai berjalan mencari bantuan, ia memutuskan untuk pergi ke rumah seseorang pria yang ia kenal diujung jalan untuk meminta bantuan, pria itu bernama Wally Nelson.

Dia kemudian mulai berjalan menuju rumah pria itu, yang jaraknya sekitar 3,22 km. Suhu pada malam itu minus 22°C, Jean berjalan di suhu udara beku, dengan mengenakan mantel musim dingin, sarung tangan, dan sepatu bot koboi.  Dia sangat frustasi dengan cuaca ekstrem, dan jarak yang harus ditempuh terlalu jauh. Setelah berjalan 3,22 km, dia akhirnya melihat rumah temannya, namun Jean sangat kelelahan dan dehidrasi, pada akhirnya dia pingsan di jalan.

Kejadian itu terjadi pada jam 1 pagi, jadi tidak ada seorang pun dijalanan yang mengetahuinya dan menolongnya. Selama 7 jam, tubuh Jean terbaring dalam dingin. Menurut beberapa catatan, tubuh Jean telah membeku, benar-benar berubah menjadi "beku padat". Keesokan paginya pukul 7 pagi, Wally Nelson keluar dari rumahnya dan melihat Jean Hilliard temannya itu terbaring membeku di halaman depan. Dia memeriksa apakah ada tanda-tanda kehidupan, ketika Wally menarik gadis itu, dia menyadari bahwa Jean sudah meninggal karena kondisinya sudah membeku. "Saya mencengkeram kerahnya dan menyeretkan ke teras, kupikir dia sudah mati. Dia membeku lebih kaku dari papan, tapi aku melihat beberapa gelembung keluar dari hidungnya," ungkap Wally.


Wally segera membawa Jean ke dalam mobilnya dan pergi ke Rumah Sakit Kota Fosston. Meskipun Jean tidak menunjukkan tanda-tanda hidup, namun Nelson berusaha melakukan upaya terakhir untuk menyelamatkan temannya itu. Ketika dokter melihatnya, mereka tidak tahu bagaimana cara menyelamatkannya. Wajahnya pucat, matanya menjadi padat, denyut nadinya melambat menjadi sekitar 12 denyut per-menit, petugas medis tidak memiliki harapan untuk menyelamatkan hidupnya. Mereka mengatakan kulitnya sangat keras sehingga mereka tidak bisa memasukkan jarum suntik untuk melakukan infus, suhu tubuhnya terlalu rendah untuk menggunakan termometer, mereka menyadari bahwa Jean hampir mati, menurut George Sather, dokter yang mencoba menyelamatkan Jean, "Tubuhnya dingin, benar-benar padat, seperti sepotong daging yang membeku."

Mereka kemudian mengenakan selimut listrik pada Jean untuk membantunya tetap hangat. Sementara itu, keluarga Jean Hilliard berkumpul dalam doa, mengharapkan keajaiban. Dua jam kemudian, menjelang tengah hari, Jean dia mengalami kejang-kejang yang agresif kemudian sadar kembali. Mendengar tentang putrinya, yang berhasil selamat ibu Jean bergegas ke rumah sakit. Dia memegang tangan Jean dan terus memanggil namanya, setelah beberapa waktu, Jean mulai membuat suara, dan akhirnya meminta segelas air.

Pada akhir hari, Jean mampu menggerakkan tangannya. Tiga hari kemudian, dia bisa menggerakkan kakinya. Para dokter tercengang dengan kemajuannya. Salah satu dokter bahkan menyebutnya sebagai keajaiban dalam sejarah medis. Setelah 49 hari perawatan dan pemeriksaan, Jean bisa meninggalkan rumah sakit, tanpa cedera pada otak atau tubuh. Diyakini bahwa karena adanya alkohol dalam sistemnya, organ-organnya tetap tidak membeku inilah yang mencegah kerusakan pada tubuhnya dalam kondisi berbahaya itu.

 

Sumber : https://nationalgeographic.grid.id/amp/132817809/bagaimana-jean-hilliard-bisa-selamat-meski-tubuhnya-telah-membeku?page=all

https://intisari.grid.id/amp/032928111/misteri-wanita-es-jean-hilliard-gadis-yang-mati-membeku-di-salju-namun-secara-ajaib-dapat-hidup-kembali-menurutnya-inilah-yang-bantu-selamatkan-dirinya?page=all

Jumat, 04 Maret 2022

Kasus Pembunuhan Gadis SMA di Jepang Yang Akhirnya Terpecahkan Setelah 14 Tahun

 

Hari itu 5 Oktober 2004, di Kota Hatsukaichi Prefektur Hiroshima. Seorang gadis SMA berumur 17 tahun bernama Kitaguchi Satomi, pulang dari sekolah pada jam 2 siang, lebih cepat dari jam pulang sekolah di Jepang biasanya dikarenakan sedang ada ujian akhir semester. Setelah sepulang sekolah, dia memutuskan untuk tidur siang, tetapi sebelum itu Satomi memberi pesan kepada adiknya untuk membangunkan dia jam 4 sore karena ada jadwal kerja part-time, Satomi kemudian menuju kamarnya, rumah keluarga ini unik kamar Satomi berada di lantai 2 sebuah bangunan B di rumahnya yang letaknya memisah dari bangunan utama A.


Sekitar jam 3, Adik dan Nenek Satomi mendengar teriakan dan suara langkah turun tangga, mereka yang dari bangunan A langsung bergegas menuju bangunan B. Adik dan Nenek Satomi kemudian melihat Satomi sudah bersimbah darah di depan genkan (entrance ala rumah jepang), bersama seorang laki-laki yang tidak dikenal sedang berdiri menggenggam pisau, pria tersebut kemudian langsung menyerang Adik dan Nenek Satomi, mereka langsung berlari kabur, tetapi sayangnya Nenek Satomi bisa dikejar dan pria tersebut lalu menusukan sebanyak 10x pada bagian punggung dan perut, namun sang Nenek masih bisa berusaha menelepon polisi sebelum akhirnya tidak sadarkan diri. Adiknya yang berhasil kabur, berlari tanpa mengenakan alas kaki sejauh 30 meter menuju gardening shop dan meminta tolong, namun sayangnya saat Polisi dan Team rescue datang, pria tersebut sudah tidak ada di TKP.

Terdapat 9 Fakta Yang Ditemukan

1.) Tidak ada harta yang hilang, dan tidak ada sobekan pada baju korban, polisi memastikan bahwa kasus ini bukan kasus pencurian dan penganiayaan.

2.) Korban dikenal anak yang jujur, berperilaku baik, orang-orang disekitar sangat yakin dan mengatakan tidak mungkin ada yang menaruh dendam kepada korban, motif pelaku tidak diketahui.

3.) Di kamar korban ditemukan pemutar musik yang masih menyala dengan earphone dicolokkan, bukti bahwa korban panik dan langsung bergegas keluar kamar.

4.) Ditemukan juga jejak sepatu pelaku, sidik jari, dan DNA pelaku dari lantai 2, pelaku mengejar korban sampai ke bawah tangga kemudian menusuk korban di depan genkan.

5.) Terdapat 10 tusukan di tubuh korban yaitu di bagian leher dan dada, tidak ada tusukan di punggung dan tangan.

6.) Setelah Satomi dan Neneknya dilarikan ke rumah sakit, Satomi kemudian dinyatakan meninggal karena kehabisan banyak darah, sedangkan Neneknya berhasil diselamatkan.

7.) Tiga hari setelah kejadian, polisi mengumumkan sketsa wajah pelaku yang didapatkan dari informasi dari adik korban, diketahui bahwa pelaku berumur +- 20 tahun dengan tinggi sekitar 165 cm, badan berisi, mata sipit, rambut kecoklatan, dan terdapat seperti bekas jerawat di wajah.

8.) Muncul saksi mata yaitu tetangga yang mengaku melihat orang yang mirip sketsa pelaku, berkeliaran di dekat TKP, dan menaiki motor aneh.

9.) Dari jejak sepatu pelaku, diketahui bahwa pelaku langsung menuju ke kamar korban, kemungkinan pelaku adalah orang yang mengetahui desain rumah korban, atau orang yang pernah memasuki kamar korban.

(Gambar Sketsa Pelaku)

Dari waktu yang singkat namun terkumpul informasi yang begitu banyak, semua menyangka pencarian pelaku berjalan dengan baik dan tinggal menunggu waktu ditemukannya pelaku, tetapi agaknya kasus ini tidak kunjung menunjukan perkembangan, pada bulan Maret tepatnya pada tahun 2008, 5 tahun setelah kejadian, polisi mengumumkan akan memberi reward uang 3jt Yen (380 jt Rupiah) kepada siapa saja yang menemukan informasi untuk penangkapan pelaku. Tetapi tetap saja polisi tidak kunjung mendapatkan informasi yang kuat, sampai kemudian kasus ini diberi label "kasus yang belum terpecahkan" dan kemudian sering dibahas di buletin elektronik, di TV show, dll lalu menimbulkan berbagai spekulasi.

Kasus yang belum terpecahkan selama 14 tahun, kemudian pada 2018 tiba-tiba menunjukan perkembangan, di tanggal 13 April 2018 di Prefektur Yamaguchi, pria bernama Kashima Manabu 35 tahun ditangkap polisi karena kasus penganiayaan terhadap rekan kerjanya, setelah diperiksa polisi, di identifikasi sidik jarinya, dan dicocokan dengan data base. Kemudian muncul lah kenyataan yang sangat mengejutkan, ternyata sidik jari Kashima cocok dengan sidik jari yang ditemukan di lokasi kasus pembunuhan 14 tahun yang lalu, kemudian investigator mengambil DNA Kashima dan mencocokan dengan DNA pelaku yang diambil dari kuku korban pembunuhan, saat itu lah kecurigaan berubah menjadi keyakinan.

Setelah dilakukan interogasi Kashima mengakui kejahatannya, saat itu dia merasa putus asa lalu melakukan kejahatan, pada 3 Mei 2018 Kashima ditangkap kembali atas percobaan pembunuhan Nenek Satomi, dan pada 24 Mei Kashima dituntut atas kasus pembunuhan dan percobaan pembunuhan. Di pengadilan tepatnya tanggal 3 Maret 2020 Kishima mengakui atas semua prosekusinya, dalam pertanyaan terdakwa 4 Maret dia mengatakan, "Saya selama ini hidup dengan tidak memikirkan tentang kejadian itu, dan mencoba untuk tidak mengingatnya. Saya mungkin tidak ingat detail kejadian hari itu, tetapi saya akan mengatakan semua yang saya ingat disini. Saya sangat menyesal telah menyebabkan insiden karena alasan egois saya." Kashima juga mengatakan dirinya sendiri cocok mendapatkan hukuman mati, dan keluarga korban pun berharap tersebut, setelah itu pada 18 Maret 2020 dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan tidak mengajukan banding.

(Kashima Ketika Ditangkap)

Latar Belakang Kashima (pelaku)

Kashima lahir di kota Shimonoseki Prefektur Yamaguchi pada 1983. Setelah lulus SMA dia bekerja di Perusahaan Pengerjaan Logam, dia bekerja dengan disiplin setiap hari dan tanpa terlambat, namun pada 4 Oktober 2004 Kashima yang saat itu berumur 21 tahun, pagi itu terlambat bangun untuk bekerja, dia berpikir dia akan dimarahi, sambil masih berbaring di tempat tidur, dia berpikir dengan waktu yang lama dan mulai merasa benci ketika akan berangkat bekerja. Dia memikirkan untuk pergi ke Tokyo menaiki sepeda motor, dia membeli compass dan pisau lipat di hardware store, alasan dia membeli itu adalah karena dia pikir jika dia pergi ke timur, pasti akan sampai di Tokyo dan kalau ada pisau dia akan bertahan hidup di alam. Setelah itu dia pergi ke rumah temannya dan menyerahkan uang 50.000yen (6jt rupiah) kepada temannya dan pada dini hari pada tanggal 5 Oktober dia meninggalkan Prefektur Yamaguchi. Tekadnya sudah bulat untuk tidak kembali ke Prefektur Yamaguchi, dia membuang telepon genggamnya ke sungai, Kashima yang telah sampai di Hiroshima, melihat para gadis SMA dan dia memikirkan untuk melakukan tindakan asusila. "Aku akan memerkosa mereka, aku tidak masalah meskipun ditangkap polisi" pikirannya, setelah itu dia mulai mencari mangsa gadis SMA, dan menemukan Satomi yang saat itu kebetulan sepulang dari sekolah. Dia mengikuti Satomi kemudian menyusup ke rumahnya pada jam 3 sore, Kashima yang berhasil masuk ke kamar Satomi menodongkan pisau ke Satomi yang sedang tidur tengkurap, mengatakan "jangan bergerak, lepas baju mu!".

Tetapi Satomi saat itu berhasil mencoba kabur namun terjatuh saat menuruni tangga, Kashima mencoba menarik Satomi untuk naik ke lantai 2 lagi, namun dilawan Satomi dan Kashima mengancam dengan menusuk perut Satomi dengan pisau, Kashima yang tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lakukan, dia malah menyalahkan Satomi dan mengatakan "Mengapa kamu kabur". Dengan perasaan penyesalan yang dalam setelah kejadian itu dia tidak makan, tidak minum, dan tidak tidur selama 3 hari kabur menuju Tokyo. Setelah itu uang dia habis dia menghabiskan selama 5 hari di Tokyo, karena takut mati kelaparan, dia menghubungi temannya yang dititipi uang untuk mengirimkan uang tersebut, dia lalu pulang kembali ke rumahnya di Yamaguchi, dan pisau yang dia gunakan untuk menusuk dia simpan di dalam laci, dia memiliki perasaan ingin melupakan insiden tersebut, tetapi karena rasa tanggung jawab dia tidak bisa membuang pisau tersebut. Setelah itu mulai dari 2005 dia mulai bekerja di perusahan teknik sipil dan pembangunan, dan dia bekerja dengan serius tanpa pernah absen, dia juga menjadi pendiam dan lebih tenang, beberapa tahun kemudian dia mengingat insiden, dan mencoba mencari di internet, dari situ dia baru mengetahui kalau korbannya meninggal dunia.

Pada 2018 bulan April, dengan alasan kesal dia menendang kaki kiri teman kerjanya, lalu Yamaguchi dilaporkan polisi dan ditangkap, setelah diperiksa lebih lanjut diketahui bahwa dia pelaku kasus pembunuhan pada tahun 2004. Dia mengatakan ada perasaan lega ketika dia ditangkap, dan alasan dia tidak menyerahkan diri selama ini adalah karena dia merasa nyaman dengan hidup bebas.



(Sketsa wajah pelaku 2004, dan Kishima Manabu Saat Ditangkap 2018)


Sumber : https://twitter.com/shiroi_tanpopo_/status/1488401359007191040?s=08