Jumat, 23 Februari 2024

Mahasiswa Libya Yang di Eksekusi, Karena Melakukan Protes Terhadap Rezim Pemerintahan Muammar Gaddafi, dan Proses Eksekusinya Disiarkan Langsung di Televisi Libya.


(Kiri foto Al-Shuwehdy, kanan foto Muammar Gaddafi)

Pada tahun 1984 Al-Sadek Hamed Al-Shuwehdy (atau Sadiq Hamed Shwehdi) ia adalah seorang pelajar Libya dan insinyur penerbangan, Al-Shuwehdy telah kembali dari Amerika tiga bulan sebelumnya tempat di mana dia belajar, dan ketika pulang ia mulai memprotes pemerintah rezim Muammar Gaddafi. Saat bekerja sebagai insinyur di bandara, ia bergabung dengan teman-temannya yang berkampanye melawan Gaddafi. Polisi Libya kemudian menangkapnya di rumahnya dia akan  diadili, setelah beberapa bulan kemudian proses persidangan dan eksekusi tersebut dilaksanakan, dan disaksikan di dalam stadion bola basket di Benghazi oleh ribuan pemuda, khususnya siswa SMA dan para mahasiswa, yang secara khusus memang dihadirkan untuk menyaksikan proses eksekusi tersebut.

(Al-Shuwehdy memohon kepada hakim agar dirinya tidak dieksekusi)

Al-Shuwehdy sendirian di tengah stadion, dengan kedua tangan terikat di belakang punggung, sambil menangis ketika ia mengakui kejahatannya bergabung dengan "anjing liar", istilah rezim untuk pembangkang, sebelum dijatuhi hukuman mati. Sebelumnya dia dituduh berencana membunuh Muammar Gaddafi, pengadilan menggambarkan dia sebagai "seorang teroris dari Ikhwanul Muslimin, agen Amerika". Dua pemuda berlari ke arah hakim dan memohon belas kasihan kepada Al-Shuwehdy namun semua itu percumah, dan kemudian tiang gantungan dipasang di tengah lapangan basket. Eksekusi tersebut disiarkan langsung di televisi pemerintah yang artinya masyarakat Libya pada saat itu bisa menyaksikan proses eksekusi tersebut.

(Foto Huda Ben Amer di lokasi eksekusi Al-Shuwehdy)

Pada saat Al-Shuwehdy mulai di gantung ia mulai menendang dan menggeliat di tiang gantungan, tali mulai mencekiknya perlahan-lahan, seorang peserta perempuan yang bernama Huda Ben Amer langsung turun ke sana dan keluar dari kerumunan ia menarik kaki Al-Shuwehdy dengan sangat kuat untuk cepat menghabisinya hingga kakinya patah, serta Al-Shuwehdy meregang nyawa di sana. Keluarga Al-Shuwehdy tidak pernah menerima jenazah dari mendiang, pelayat yang kemudian tiba di rumah Al-Shuwehdy mereka akan di intimidasi secara fisik, anggota keluarganya juga mengalami diskriminasi juga kesulitan mendapatkan pekerjaan atau mendapatkan pendidikan di universitas.



(Link video yang berdurasi 2 menit, durasi video lebih panjang tidak ditemukan)

Film persidangan dan eksekusinya ditemukan kembali pada tahun 2011 selama Perang Saudara Libya oleh Peter Bouckaert, seorang peneliti Human Rights Watch. Bouckaert dibantu oleh fotografer Inggris Tim Hetherington itu adalah proyek terakhir yang Hetheringon kerjakan pada saat sebelum kematiannya. Persidangan tersebut disaksikan langsung di televisi oleh banyak warga Libya tetapi belum pernah dilihat secara penuh sejak tahun 1984. Rekaman persidangan tersebut diberikan kepada Brouckaert oleh saudara laki-laki Shwehdi, Ibrahim, yang memberikan empat kaset video Beta untuk digitalkan dan disimpan.

(Foto Huda Ben Amer kiri saat melihat eksekusi Al-Shuwehdy, kanan kurang diketahui tahun kapan foto ini diambil)

Ada yang cukup menarik dari proses eksekusi tersebut ketika si peserta perempuan yang bernama Huda Ben Amer langsung turun ke sana, dan keluar dari kerumunan ia menarik kaki Al-Shuwehdy dengan kuat hingga patah untuk cepat menghabisinya. Perwujudan kekejamannya, yang kemudian dia banggakan dia dikenang di Benghazi dengan ucapannya "Kita tidak perlu bicara, kita perlu digantung." Membuatnya mendapat kebencian abadi dari masyarakat Benghazi, dan mendapat julukan Huda Al- Shannaga atau "Huda sang Algojo". Namun, hal ini membuat Gaddafi terkesan, yang pada saat itu Gaddafi menyaksikan eksekusi tersebut melalui siaran langsung di TV. Huda Ben Amer kemudian dipromosikan ke jabatan tinggi oleh Gaddafi ke dunia pemerintahan, termasuk dua kali menjadi Walikota Benghazi, dan anggota terkemuka Legiun Thoria, komite revolusioner Gaddafi. Akhirnya dia menjadi orang favorit Gaddafi, dan menjadi salah satu wanita terkaya dan berkuasa di Libya.

 

Kemudian pada bulan Maret 2011, dia terlihat di samping Gaddafi dalam salah satu pidatonya di televisi. Saat terjadinya pemberontakan nasional di awal tahun 2011, kini rakyat Libya mencari keadilan setelah Huda Ben Amer, salah satu perempuan paling ditakuti dan dicerca di negaranya, ketika pemberontak menguasai Benghazi, kota pertama di Libya yang bangkit melawan Gaddafi, mantan walikota Huda mencoba melarikan diri tetapi ditangkap, dipenjarakan oleh Dewan Transisi Nasional dan menunggu persidangan akhirnya. Massa menyerbu kediaman Ben Amer yang rumahnya besar berwarna putih tempat dia tinggal di bawah rezim Gaddaffi di Benghazi, mereka membakarnya hingga rata dengan tanah.


Jumat, 16 Februari 2024

Carl Friedrich Wilhelm Grossmann, Pembunuh Berantai Jerman Yang Memutilasi Para Korbannya dan menggiling dagingnya menjadi hot dog kemudian di Jual.

 



(Foto Carl Grossmann)

Carl Friedrich Wilhelm Grossmann lahir pada 13 Desember 1863 di Neuruppin, Jerman. Tidak banyak catatan yang diketahui tentang masa kecilnya, aktivitas kriminal awalnya tercatat pada usianya masih 20 tahun. Hukuman pidana diterima ketika ia melakukan tindakan seks yang tidak wajar dengan seekor domba di Mannheim pada tahun 1896, sementara pada tahun berikutnya dia dihukum karena melakukan pelecehan seksual terhadap seorang gadis berusia 12 tahun dari Nuremberg. Kemudian pada tahun 1899 Grossmann dijatuhi hukuman 15 tahun kerja paksa atas pelecehan seksual terhadap dua gadis di Bayreuth, seorang anak berusia 10 tahun dan 4 tahun yang terluka parah dalam serangan yang Grossmann lakukan.

 

Selama Perang Dunia I, ia pernah direkrut menjadi Angkatan Darat, namun tidak ada rincian yang diketahui secara pasti. Dirinya juga pernah bekerja sebagai tukang daging, tapi Grossmann lebih suka mencari nafkah dengan cara mengemis di jalanan, dan menggunakan sebagian pendapatannya untuk menyewa pelacur hampir setiap malam. Pada awal tahun 1900-an, ia mulai menyewa apartemen kumuh di lantai atas di  Lange Strasse 88/89, yang terletak di daerah kumuh ibu kota, yang terletak di dekat perhentian terakhir jalur kereta api Silesia. Ia dianggap tertutup oleh tetangganya, namun diberikan privasi oleh pemiliknya karena ia selalu membayar sewa tepat waktu. Dia juga mempunyai cukup uang untuk menyewa pembantu wanita muda di apartemennya itu di Berlin, namun pembantu itu tidak bertahan lama, dan tak lama kemudian Grossmann mencari pelamar lain untuk menggantikan wanita muda sebelumnya. 

(Apartemen milik Carl Grossmann 1921)

 

Serangkaian Wanita Menghilang 4 - 20 Tahun Terakhir & Grossmann Yang Kerap Memesan Pelacur.

 

Dari tahun 1918 hingga 1921 sejumlah perempuan hilang dalam jumlah yang tidak diketahui di ibu kota Jerman, Republik Weimar, yang berpuncak pada penemuan lusinan bagian tubuh di Kanal Luisenstadt dan Waduk Engelbecken, sebagian besar tubuh perempuan ini dilaporkan hilang. Pada bulan Oktober 1920, seorang wanita yang bernama Freida Schubert yang berusia 33 tahun hilang, dia telah melakukan perjalanan ke Berlin yang semulanya dari Dresden, dan pada hari dia menghilang, dia terlihat menjajakan dirinya ke banyak pria, ketika salah satu pria akhirnya menerima jasanya. Antara tanggal 7/9 Oktober 1920, sisa-sisa tubuh seorang wanita muda ditemukan di Kanal Luisenstadt, yang kemudian diidentifikasi merupakan tubuh dari Freida Schubert. Pada tanggal 16 Oktober, Berliner Morgenpost (surat kabar Jerman) melaporkan bahwa si pembunuh telah menggergaji tulang-tulangnya dengan sangat brutal seperti lengan korban ditarik dari bahunya dan jantungnya dicabut dari tulang rusuknya.

 

Polisi cukup yakin bahwa hal itu dilakukan seorang yang cukup sadis, dan mulai menanyai calon saksi, salah satu saksi mengatakan mereka melihat wanita muda itu ditemani oleh Carl Grossmann. Polisi kemudian melakukan penggeledahan di apartemennya pada tanggal 21 Oktober, dan menemukan tas tangan wanita, namun Grossmann mampu memberikan penjelasan yang masuk akal dan masalah tersebut tidak dilanjutkan lebih jauh. Pada bulan Desember 1920, seorang wanita muda yang dikenal sebagai Melanie Sommer menghilang, dan banyaknya orang hilang yang tidak dapat dijelaskan apa yang terjadi, serta ditemukannya mayat oleh polisi terus berlanjut sepanjang tahun 1921 hingga awal Agustus, ketika wanita Elisabeth Barthel menghilang sehingga menyebabkan jumlah kasus wanita hilang yang dilaporkan ke Berlin. 

 

Tanggal 13 Agustus seorang wanita muda lainnya menghilang ketika Johanna Sosnowski yang berusia 24 tahun bekerja sebagai pembantu, ia merupakan ibu dari 1 orang anak. Grossmann yang berusia 55 tahun sering melaporkan wanita-wanita yang pernah menjadi pembantunya ini ke polisi, sebagai orang hilang dan mengklaim bahwa mereka telah merampok di kediamannya sebelum melarikan diri, namun sebenarnya mereka telah menjadi korban seksual sadisnya Grossmann dan setelah memasuki apartemennya, langsung Grossmann eksekusi dan kemudian ia mutilasi. Pembunuhan terakhirnya melibatkan juru masak wanita berusia 35 tahun, Marie Theresia Nietsche, yang baru saja dibebaskan dari Penjara Moabit setelah menjalani hukuman sebulan. Pada tanggal 21 Agustus 1921, dia bertemu Grossmann di jalan dan bergabung dengannya untuk minum-minum di beberapa bar lokal. Ketika Grossmann mengajak ke apartemennya, dia menawarinya kopi yang telah dicampur dengan sianida dan kemudian mengikat tangan dan kakinya sebelum memukul kepalanya.

 

Saat Grossmann dengan kejam memukuli Marie agar cepat mati, teriakan Marie terdengar oleh tetangga apartemen lain yaitu Gertrude Grabowski berusia 66 tahun, yang tinggal di lantai dua. Dia memberi tahu polisi tentang suara yang berasal dari apartemen Grossmann, petugas Polisi Kriminal, kemudian masuk ke kamar Grossmann. Ketika mereka masuk, mereka menemukan Grossmann sedang membedah tubuh seorang wanita muda, yang sedang berbaring terikat di tempat tidurnya. Grossmann ditahan dan didakwa melakukan pembunuhan tingkat pertama. Penyelidik yang menggeledah apartemennya menyimpulkan bahwa beberapa orang telah dibunuh di sana, yang mereka duga dari bukti noda darah yang menunjukkan setidaknya tiga korban lainnya. Saat diinterogasi, Grossmann akhirnya mengakui pembunuhan empat wanita yang dibunuh secara brutal di dalam kamarnya di Lange Strasse 88/89. Namun, polisi juga menemukan buku hariannya dari apartemennya, yang merinci wanita lain yang telah dia perkosa dan bunuh. Sebuah laporan dari tahun 1921 menyatakan Grossmann telah mengakui pembunuhan dua puluh wanita selama dua puluh tahun. Dipercaya bahwa beberapa perempuan yang telah dihabisin ini adalah korban tak dikenal, yang jenazahnya ditemukan terpotong-potong di kanal dekat Andreas Square dan waduk Engelbecken, namun polisi hanya memiliki sedikit bukti yang menghubungkan Grossmann dengan kejahatan ini.

 

Tetangganya juga ikut diinterogasi oleh polisi dan mengungkapkan bahwa Grossmann sering ditemani teman wanita, yang sebagian besar masih muda dan juga tunawisma, sementara perempuan tunawisma ditawari makanan dengan modus yang sama kemudian diajak ke apartemennya. Diketahui bahwa Grossmann telah membangun pintu masuk terpisah ke apartemennya, yang dia gunakan pada pagi hari ketika dia tiba di rumah dalam keadaan mabuk setelah sesi minum sepanjang malam, ditemani oleh seorang pelacur. Selama penyelidikan kejahatan Grossmann, para penyelidik mengetahui aktivitasnya di masa perang sebagai tukang daging. Sumber penghasilannya selama perang diduga berasal dari aktivitas pasar gelapnya dengan menjajakan daging segar untuk membantu warga Berlin yang kelaparan. Itu adalah sumber daging di pasar gelap yang kini dicurigai polisi berasal dari korbannya, dan dijual kepada pelanggan yang tidak curiga karena kekurangan sumber daging. Dia juga memiliki kedai hot dog di stasiun kereta dekat rumahnya, dugaan kuat bahwa dia menggunakan daging korbannya sebagai pengganti daging, lalu dia menjualnya kepada masyarakat yang tidak menaruh curiga, dan membuang tulang serta bagian tubuh lainnya yang tidak dapat di manfaatkan ke sungai. 

 

Ia juga kerap ditanya tetangganya tentang bau tak sedap yang kerap tercium dari apartemennya di Berlin. Grossmann akan menjelaskan kepada mereka bahwa itu hanyalah ayam yang telah busuk. Tetangganya, Mannheim dan Helene Itzig, curiga dengan aktivitasnya dan membuat lubang di pintunya sehingga mereka dapat mengamatinya di dalam apartemennya. Mereka tidak pernah melihat Grossmann membunuh korbannya, tapi mereka mengamati betapa kasarnya dia memperlakukan teman wanitanya (pelacur). Persidangan Grossmann dimulai pada tanggal 02 Juli 1922 dan penuntut telah mengajukan 17 saksi untuk hadir dan memberikan kesaksian melawan terdakwa. Di antara wanita-wanita ini ada seorang pelacur bernama Erika, yang pergi ke apartemen Grossmann tetapi merasa apartemen itu terlalu jorok dan menganggap Grossmann sendiri terlalu menyeramkan dan menolak berhubungan seksual. Beberapa dari perempuan ini ada juga yang dilecehkan dan melarikan diri, seperti seorang pekerja industri yang menganggur yang menerima tawarannya untuk bekerja sebagai pengurus rumah tangga pada bulan Agustus 1921. Dia segera mulai bekerja tetapi segera dibius dan diperkosa, meskipun ada laporan dari banyak perempuan, pengacara Grossmann menyerang kebenaran klaim dari mereka, dan menganggap cerita mereka tidak masuk akal.

 

Saksi lain yang diketahui adalah Helene dituduh oleh Grossmann sendiri mengetahui tentang pembunuhan tersebut dan berusaha memerasnya. Jaksa mengajukan ke pengadilan daftar panjang 23 perempuan yang hilang. Di antara nama-nama beberapa perempuan hilang yang diduga menjadi korban kebejatan seksual Grossmann antara lain Marie Feld, Luise Werner, Lisbeth Potske, Frieda Thomas, Emma Boritzki, Albertine Asher, Emma Baumann yang berusia 19 tahun dari Mecklenburg dan seorang wanita yang hanya dikenal sebagai Martha dari Polandia. Meskipun Grossmann tidak dituduh terlibat langsung dalam penghilangan perempuan-perempuan ini, kemungkinan besar dialah yang bertanggung jawab.


(Foto Carl Grossmann)

Setelah tiga hari kesaksian dari banyak saksi, Carl Grossmann dinyatakan bersalah atas pembunuhan dan dijatuhi hukuman mati. Laporan kontemporer menunjukkan Grossmann tertawa ketika dijatuhi hukuman eksekusi. Tidak diketahui kapan dia mulai membunuh wanita, motivasi Grossmann mengapa dia memikat wanita ke apartemennya untuk membunuh mereka dan memutilasi mayat mereka, dan juga apakah dia juga mengkonsumsi daging dari para korbannya, tidak pernah dipastikan oleh pihak berwenang, dan keluarga korban tidak pernah mendapat jawaban atas pertanyaan mereka tentang hilangnya orang yang dicintai karena pada tanggal 5 Juli 1922, Grossmann bunuh diri dengan cara gantung diri di sel penjara sebelum menerima eksekusi yang sesungguhnya.

Jumat, 09 Februari 2024

Kisah Kucing Oscar Yang Bisa Memprediksi Kematian.

 

(Kucing Oscar)

Mungkin kalian dulu sering mendengar kucing ini dari on the spot Trans7, atau pada acara TV sebelum Internet belum begitu booming seperti sekarang. "Dijelaskan" juga akan mencoba menceritakan kembali pada anda kisah kucing ini. Pada tahun 2005, seekor anak kucing berusia enam bulan bernama Oscar diadopsi oleh sebuah panti jompo Steere House di Amerika Serikat untuk dibesarkan sebagai kucing terapi, kucing terapi di sini yang dimaksudkan sebagai kucing penghibur pada umumnya, namun setelah Oscar beranjak dewasa para pekerja memperhatikan sesuatu yang aneh pada kucing itu.

 

Oscar dikatakan biasanya lebih suka menyendiri, atau bisa dikatakan bukan kucing yang ramah terhadap manusia, ia sesekali merangkak ke tempat tidur para lansia dan meringkuk di samping mereka. Yang cukup aneh dari Oscar adalah lansia yang dipeluk Oscar atau di tidurnya biasanya akan meninggal dalam hitungan jam. Awalnya, para staf panti jompo tidak terlalu menyadari dan memikirkan kebetulan itu, namun setelah kejadian ini terjadi berulang sebanyak 20 kali.

 

Para staf mulai percaya bahwa Oscar tahu kalau ia dapat memprediksi orang yang akan meninggal, sehingga ketika para staf melihat kucing di sebelah salah satu lansia yang dipeluk atau ikut tidur ke tempat tidurnya, maka staf akan segerah menelepon orang yang berkaitan dengan kerabat lansia tersebut agar segera menemuinya dan memberi mereka kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal sebelum kehilangannya.

 

Kucing ini sempat diteliti oleh para peneliti, mereka kemudian berspekulasi bahwa Oscar dapat mencium bau biokimia yang dikeluarkan oleh sel-sel yang sekarat, dan memilih untuk menghibur lansia yang kesepian. Pada suatu kesempatan, para staf mengamati ada seorang lansia yang akan meninggal karena penyakitnya, namun pada saat itu Oscar menolak untuk duduk bersama mereka. Sebaliknya, dia menuju ke lansia lain yang terlihat lebih sehat, dan orang tua tersebut meninggal terlebih dahulu.

 

Kucing Oscar meninggal pada usia 17 tahun, pada 22 Februari 2022, dan sepanjang hidupnya dia secara akurat memperkirakan lebih dari 100 kematian pada panti jompo tersebut.


Jumat, 02 Februari 2024

Kasus Wanita Beracun Yang Paling Aneh Dalam Sejarah Medis.

    

                                                        

(Gloria Ramirez, wanita beracun)

                                              

Gloria Ramirez adalah seorang wanita biasa yang tinggal di Riverside, California dengan dua anak dan seorang suami. Namun, semuanya berubah pada 19 Februari 1994, ketika Gloria Ramirez dilarikan ke Rumah Sakit Umum di Riverside. Dia tidak hanya akan mati malam itu, tetapi tubuhnya secara misterius akan membuat orang-orang di sekitarnya sakit. Meskipun hal ini tidak dapat dijelaskan secara pasti, dia tetap dikenal luas sebagai “Wanita Beracun” hingga hari ini.


Malam itu, Gloria Ramirez sedang mengalami detak jantung yang cepat dan tekanan darah yang turun. Wanita itu kesulitan bernapas dan menjawab pertanyaan dengan kalimat yang tidak jelas, yang membuat kasus ini semakin tidak biasa, wanita tersebut baru berusia 31 tahun. Gloria Ramirez juga menderita kanker serviks stadium akhir, yang membuat kondisi medisnya yang memburuk.


Dokter dan perawat segera menangani Gloria untuk mencoba menyelamatkan nyawanya, mereka mengikuti prosedur semaksimal mungkin dengan menyuntikan obat-obatan untuk mengembalikan tanda-tanda vitalnya menjadi normal. Tapi hal itu tidak ada yang berhasil, ketika perawat melepas baju wanita tersebut untuk memasang elektroda defibrilator, mereka melihat kilau berminyak yang aneh di tubuhnya, staf medis juga mencium bau bawang putih dari mulutnya. 


Perawat kemudian mengambil sampel darah menggunakan jarum suntik di lengan Gloria, namun darah Gloria berbau seperti amonia (senyawa kimia) dan ada partikel berwarna manila mengambang di darahnya. Dokter yang bertugas di UGD malam itu melihat sampel darah dan menyetujui perawat yang bertugas, ada yang tidak beres pada pasiennya dan tidak ada hubungannya dengan gagal jantung. Kemudian tiba-tiba, salah satu perawat yang merawat mulai pingsan, perawat lain mengalami masalah pernapasan, perawat ketiga juga pingsan, dan ketika dia terbangun, dia tidak mampu menggerakkan tangan dan kakinya.


Apa yang sedang terjadi? Sebanyak enam orang tidak dapat merawat Gloria Ramirez karena terus mengalami gejala aneh yang berhubungan dengan pasien, gejalanya berkisar dari pingsan dan sesak napas hingga mual dan kelumpuhan sementara. Gloria meninggal malam itu, bahkan setelah pasien meninggal, malam di rumah sakit semakin aneh.



Untuk penanganan jenazah tersebut, tim khusus datang dengan mengenakan pakaian hazmat, tim mencari di UGD untuk mencari tanda-tanda gas beracun, racun, atau zat asing lainnya, tim hazmat tidak menemukan apa pun yang bisa menunjukkan penyebab pingsannya petugas medis tersebut. Tim kemudian memasukkan jenazah Gloria ke dalam peti mati alumunium yang tertutup rapat, proses otopsi baru dilakukan hampir seminggu kemudian dan di ruangan khusus tempat tim otopsi melakukan pekerjaannya dengan mengenakan pakaian hazmat sebagai tindakan pencegahan.


Pihak pers menjuluki Ramirez Gloria sebagai “Wanita Beracun” karena tidak ada seorang pun yang dapat mendekati jenazah tersebut tanpa peralatan medis, namun tidak ada yang bisa menjelaskan penyebab pasti setelah kematiannya. Kemudian petugas melakukan tiga otopsi, salah satunya terjadi enam hari setelah kematiannya, lalu enam minggu dan tepat sebelum penguburannya.


Otopsi yang lebih menyeluruh dilakukan pada 25 Maret, lebih dari sebulan setelah Gloria Ramirez meninggal. Tim tersebut menyimpulkan bahwa ada tanda-tanda Tylenol, lidokain, kodein, dan Tigan (ke 4 jenis tersebut adalah obat) dalam sistemnya. Tigan adalah obat antimual yang terurai menjadi amina di dalam tubuh. Amina terkait dengan amonia, yang bisa menjelaskan bau amonia dalam sampel darah Ramirez di rumah sakit.


Lebih penting lagi, laporan toksikologi mengatakan bahwa Gloria memiliki sejumlah besar dimetil sulfon dalam darah dan jaringannya. Dimetil sulfon memang terjadi secara alami di tubuh manusia karena memecah zat tertentu. Begitu masuk ke dalam tubuh, ia akan hilang dengan cepat dengan waktu paruh hanya tiga hari. Namun, ada begitu banyak hal dalam sistem tubuh Gloria, yang masih tercatat tiga kali lipat dari jumlah normal enam minggu setelah kematiannya.


Tiga minggu kemudian, pada 12 April 1994, pejabat daerah mengumumkan bahwa Gloria Ramirez meninggal karena gagal jantung akibat gagal ginjal yang disebabkan oleh kanker serviks stadium akhir. Gloria diagnosis menderita kanker enam minggu sebelum kematiannya, zat yang tidak biasa dalam darahnya terlalu rendah untuk menjelaskan kematiannya, meskipun terdapat peningkatan kadar amonia dan dimetil sulfon dalam tubuhnya. Pejabat daerah membutuhkan waktu dua bulan untuk melepaskan jenazah tersebut untuk pemakaman yang layak karena tingkat racun yang menyebabkan orang akan pingsan secara misterius.


Keluarga wanita itu sangat marah, kakak perempuannya menyalahkan kondisi menyedihkan di rumah sakit atas kematian tersebut. Meskipun fasilitas tersebut pernah disebut-sebut melakukan pelanggaran di masa lalu, tidak ada penyelidikan di wilayah tersebut yang menunjukkan bahwa kondisi di rumah sakit tersebut merupakan penyebabnya. Setelah penyelidikan yang berlangsung beberapa bulan, para pejabat menyimpulkan bahwa staf rumah sakit menderita terlalu banyak stres dan menderita penyakit sosiogenik massal yang dipicu oleh bau, dengan kata lain adalah histeria massal.

 

(DMSO Cream)

Staf medis di rumah sakit mendesak kantor koroner untuk melihat lebih dekat berkas tersebut, asisten wakil direktur Pat Grant, membuat kesimpulan yang mengejutkan. Bahwa Gloria Ramirez melapisi kulitnya dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan DMSO, atau dimetil sulfon, sebagai cara yang mungkin untuk menyembuhkan kanker serviks stadium akhir. Ilmu kedokteran memberi label DMSO sebagai zat beracun pada tahun 1965. Alasan penggunaan zat beracun oleh Gloria Ramirez pada kulitnya bermula ketika DMSO sedang populer sebagai obat untuk segalanya. Penelitian pada awal tahun 1960an membuat para dokter percaya bahwa DMSO dapat menghilangkan rasa sakit dan mengurangi kecemasan. Para atlet bahkan akan mengoleskan krim DMSO pada kulit mereka untuk mencoba meredakan nyeri pada otot.


Kemudian sebuah penelitian pada tikus menunjukkan DMSO dapat merusak penglihatan anda, tren DMSO sebagian besar telah berhenti. DMSO memperoleh pengikut sebagai obat untuk segala jenis penyakit. Pada akhir tahun 1970-an, satu-satunya cara untuk mendapatkan zat ini adalah sebagai pembersih gemuk di toko perangkat keras. DMSO yang ditemukan dalam degreaser adalah 99 persen murni dibandingkan dengan bentuk yang kurang terkonsentrasi seperti yang ditemukan pada krim otot pada tahun 1960an. Grant mencari tahu apa yang terjadi pada DMSO ketika terkena oksigen dan mendapat pencerahan, zat tersebut berubah menjadi dimetil sulfat (bukan sulfon) karena menambahkan oksigen ke struktur kimianya, dimetil sulfat bertindak jauh berbeda dari dimetil sulfon.


Sebagai gas, uap dimetil sulfat menghancurkan sel-sel di mata, paru-paru, dan mulut manusia. Jika uap ini masuk ke dalam tubuh, dapat menyebabkan kejang, delirium, dan kelumpuhan. Dari 20 gejala yang dijelaskan petugas medis malam itu, 19 diantaranya cocok dengan gejala orang yang terpapar uap dimetil sulfat. Staf medis tidak menderita histeria massal atau stres, mereka menderita keracunan dimetil sulfat. Teori ini menambah fakta-fakta dari kasus tersebut, krim DMSO akan menjelaskan krim yang dicatat dokter pada kulit Gloria Ramirez. Ini juga menjelaskan bau bawang, garam yang keluar dari mulutnya. 


Penjelasan yang paling mungkin adalah Gloria Ramirez, sang Wanita Beracun, menggunakan DMSO untuk mencoba menghilangkan rasa sakit yang disebabkan oleh kankernya. Namun keluarga Gloria Ramirez membantah dirinya menggunakan DMSO, tidak peduli bagaimana seseorang melihat kasus ini, semuanya menyedihkan. Wanita muda itu terlambat mengetahui bahwa dia menderita kanker sehingga tidak bisa berbuat apa-apa. Ketika ilmu kedokteran tidak dapat memberikan bantuan apa pun, dia beralih ke zat kuno untuk mencoba mendapatkan semacam kesembuhan, pada akhirnya julukan Gloria Ramirez dengan Toxic Lady menjadi catatan sedih terakhir di hari-hari terakhirnya.